Kenali tanda awal gangguan mata pada anak

Kenali tanda awal gangguan mata pada anak
Kacamata untuk anak di Optik Tunggal Next Generation, Mall Kelapa Gading 3, Jakarta Utara, Kamis (19/10/2017). (ANTARA News/ Arindra Meodia)
Jakarta (ANTARA News) - Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/ WHO) menunjukkan 19 juta anak berusia di bawah 15 tahun mengalami kerusakan indera penglihatan, sekira 12 juta di antaranya menderita kesalahan refraksi.

Kesalahan refraksi adalah kondisi di mana cahaya yang diterima oleh mata tidak terfokus pada retina, sehingga menghasilkan gambar yang kabur di retina yang dapat berupa myopia, hyperopia dan astigmatism

Pencegahan sejak dini perlu dilakukan untuk mencegah peningkatan kerusakan indera penglihatan. Pediatric optometrists Dr Scarlett G Cacayuran mengungkap tanda-tanda awal anak mengalami kesalahan refraksi.

"Anak sering sakit kepala, mengeluhkan pandangan yang kabur atau mengeluh huruf-huruf yang dia baca seakan berterbang setelah membaca lama," ujar dia dalam acara launching Optik Tunggal Next Generation dan talkshow tentng Pediatric Vision di Jakarta, Kamis.

"Mata terlihat sayu atau mengantuk ketika melihat sinar terang dan ketika memegang buku atau bacaaan mereka membacanya terlalu dekat, serta performa di sekolah yang menurun," sambung dia.

Dokter asal Filipina yang kerap dipanggil Candy itu juga menjelaskan tanda-tanda lainnya yaitu anak sering mengucek mata dan mengeluarkan air mata yang berlebihan.

Untuk itu, menurut Candy, diperlukan vision screening. Vision screening adalah metode yang efektif dan murah untuk mengidentifikasi anak yang mengalami gangguan indera penglihatan.

"Saat melakukan vision screening yang menjadi tantangan adalah kerjasama anak. Sangat susah melihat mereka fokus. Tidak seperti dewasa, anak kecil harus dijelaskan setiap step yang dilakukan kepadanya, harus secara menyenangkan," ujar Candy.

Candy menambahkan kesalahan refraksi dapat disebabkan dua faktor yakni keturunan, yaitu dari silsilah keluarga, dan lingkungan yaitu kebiasan anak.

"Kebiasan membaca terlalu dekat, bukan hanya lewat gadget. Sebuah studi meneliti anak-anak yang suka membaca buku dan anak yang suka menggunakan gadget efeknya sama," kata dia.

"Selain itu, penerangan yang kurang memadai dan juga posisi saat membaca, biasanya anak suka sambil tidur atau jarak mata dengan bacaan tidak semestinya, juga lamanya waktu terpapar bacaan perlu diperhatikan," lanjut dia.

Oleh karena itu, Candy menyarankan agar memeriksakan mata anak enam bulan sekali bagi yang belum memakai kacamata, dan tiga bulan sekali bagi anak yang sudah memakai kacamata.
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2017
Powered by Blogger.

Categories

My Blog List

Test Footer

Popular Posts

About

Pages

Blogroll

Random Post

Blogger templates

Contact

About

Test Footer