Seoul (ANTARA News) - Sekelompok ilmuwan medis Korea Selatan menemukan protein baru yang berhubungan dengan pengendalian rasa sakit dalam tubuh manusia, membuka gerbang baru untuk pengembangan obat penangkal rasa sakit.
Tim pimpinan Cheong Eun-ji dari Yonsei University mendapati bongkaran protein yang disebut anoctamin-2 (ANO2) dalam otak manusia meningkatkan respons nyeri nenurut Kementerian Ilmu Pengetahuan, ICT dan Perencanaan Masa Depan Korea Selatan.
Makalah tim peneliti menyebutkan bahwa, "Hasil ini mengindikasikan ANO2 berkontribusi menurunkan lonjakan generasi neuron TC sangat aktif dan dengan demikian membatasi transmisi informasi terus-menerus."
"Kami berharap bahwa penelitian ini pada akhirnya mengarah ke pengembangan dari metode dalam mengendalikan rasa sakit," kata Cheong seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Kementerian menyatakan 2,2 juta warga Korea Selatan menderita nyeri kronis, yang didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung lebih dari enam bulan.
Namun hasil riset tim peneliti yang terbit di jurnal Nature Communications itu belum sepenuhnya menemukan mekanisme di balik rasa sakit kronis.
Tim pimpinan Cheong Eun-ji dari Yonsei University mendapati bongkaran protein yang disebut anoctamin-2 (ANO2) dalam otak manusia meningkatkan respons nyeri nenurut Kementerian Ilmu Pengetahuan, ICT dan Perencanaan Masa Depan Korea Selatan.
Makalah tim peneliti menyebutkan bahwa, "Hasil ini mengindikasikan ANO2 berkontribusi menurunkan lonjakan generasi neuron TC sangat aktif dan dengan demikian membatasi transmisi informasi terus-menerus."
"Kami berharap bahwa penelitian ini pada akhirnya mengarah ke pengembangan dari metode dalam mengendalikan rasa sakit," kata Cheong seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Kementerian menyatakan 2,2 juta warga Korea Selatan menderita nyeri kronis, yang didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung lebih dari enam bulan.
Namun hasil riset tim peneliti yang terbit di jurnal Nature Communications itu belum sepenuhnya menemukan mekanisme di balik rasa sakit kronis.
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2017