Jakarta (ANTARA News) - Riset terbaru membuktikan bahwa makanan hewani meningkatkan risiko kanker, sebaliknya makanan nabati menurunkan risiko penyakit tersebut.
Pakar gizi Susianto Tseng di Jakarta, Kamis, mengutip salah satu penelitian yang diterbitkan dalam "International Journal of Cancer".
"Riset ini mengevaluasi peran zat gizi makanan dan risiko kanker di antara 1.204 pasien kanker dan 1.212 wanita tanpa kanker di China," kata Susianto yang juga Sekjen Indonesia Vegetarian Society (IVS) itu.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 2007 itu menunjukkan mereka yang mengonsumsi makanan hewani memiliki risiko 4 kali lebih tinggi terkena kanker daripada mereka yang mengonsumsi makanan nabati.
Risiko kanker meningkat jika konsumsi protein dan lemak hewani semakin banyak.
"Penelitian yang kedua berasal dari Journal of the National Cancer Institute, menguji hubungan antara risiko kanker payudara dan asupan makanan lignan nabati, terutama fitoestrogen yang ditemukan dalam buah, sayuran dan produk sereal," kata doktor lulusan UI yang banyak mengkaji manfaat tempe itu.
Susianto menambahkan, mereka yang mengonsumsi banyak makanan lignan nabati, insiden kanker payudara 17 persen lebih rendah daripada mereka yang mengonsumsi lebih sedikit makanan lignan nabati.
Beberapa penelitian lain juga menunjang hipotesis yang sama yakni penelitian yang dilakukan Dr. Eunyoung Cho, peneliti pada Brigham dan Women Hospital.
Cho melaporkan bahwa risiko kanker payudara lebih tinggi di kalangan wanita usia 20-40 tahun yang mengonsumsi makanan kaya lemak hewani, seperti daging merah, keju, es krim dan mentega dari pada yang tidak mengonsumsi makanan tersebut.
"Negara-negara yang memproduksi beras, kedelai, atau sayuran berwarna merah dan kuning, memiliki rasio pasien yang meninggal akibat kanker prostat lebih rendah. Tidaklah mengejutkan kalau para vegan memiliki rata-rata pengidap kanker prostat yang rendah," katanya.
Baca juga: Gaya hidup sehat kurangi risiko kanker kolorektal
Hasil penelitian di Jepang terhadap 120.000 laki-laki berumur di atas 40 tahun juga menyimpulkan bahwa kelompok pemakan daging mempunyai risiko 5 kali lebih tinggi menderita kanker mulut, pharynx, kerongkongan, paru-paru, dan 2 kali menderita kanker lambung, hati dan kolon daripada kelompok yang bukan pemakan daging.
"Peranan serat dalam mencegah kanker kolon terbukti sangat penting," katanya.
Hal ini pertama kali dicatat pada 1971, saat tingginya kasus kanker kolon menimpa negara negara barat yang dikaitkan dengan rendahnya asupan serat bagi tubuh.
Pada 1990, lanjut dia, penelitian di Harvard Medical School menyimpulkan bahwa konsumsi daging dan lemak hewani yang lebih tinggi meningkatkan insiden kanker kolon.
"Komponen pola makan lain yang berkaitan dengan banyaknya konsumsi makanan berserat, seperti folat yang banyak terdapat pada sayuran, juga telah menunjukkan efek perlindungan bagi tubuh. Sayuran hijau seperti brokoli dan kol dapat mengurangi risiko terkena kanker kolon," kata Susianto Tseng.
Baca juga: Kasus kanker tertua di dunia ditemukan di mumi Mesir
Pakar gizi Susianto Tseng di Jakarta, Kamis, mengutip salah satu penelitian yang diterbitkan dalam "International Journal of Cancer".
"Riset ini mengevaluasi peran zat gizi makanan dan risiko kanker di antara 1.204 pasien kanker dan 1.212 wanita tanpa kanker di China," kata Susianto yang juga Sekjen Indonesia Vegetarian Society (IVS) itu.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 2007 itu menunjukkan mereka yang mengonsumsi makanan hewani memiliki risiko 4 kali lebih tinggi terkena kanker daripada mereka yang mengonsumsi makanan nabati.
Risiko kanker meningkat jika konsumsi protein dan lemak hewani semakin banyak.
"Penelitian yang kedua berasal dari Journal of the National Cancer Institute, menguji hubungan antara risiko kanker payudara dan asupan makanan lignan nabati, terutama fitoestrogen yang ditemukan dalam buah, sayuran dan produk sereal," kata doktor lulusan UI yang banyak mengkaji manfaat tempe itu.
Susianto menambahkan, mereka yang mengonsumsi banyak makanan lignan nabati, insiden kanker payudara 17 persen lebih rendah daripada mereka yang mengonsumsi lebih sedikit makanan lignan nabati.
Beberapa penelitian lain juga menunjang hipotesis yang sama yakni penelitian yang dilakukan Dr. Eunyoung Cho, peneliti pada Brigham dan Women Hospital.
Cho melaporkan bahwa risiko kanker payudara lebih tinggi di kalangan wanita usia 20-40 tahun yang mengonsumsi makanan kaya lemak hewani, seperti daging merah, keju, es krim dan mentega dari pada yang tidak mengonsumsi makanan tersebut.
"Negara-negara yang memproduksi beras, kedelai, atau sayuran berwarna merah dan kuning, memiliki rasio pasien yang meninggal akibat kanker prostat lebih rendah. Tidaklah mengejutkan kalau para vegan memiliki rata-rata pengidap kanker prostat yang rendah," katanya.
Baca juga: Gaya hidup sehat kurangi risiko kanker kolorektal
Hasil penelitian di Jepang terhadap 120.000 laki-laki berumur di atas 40 tahun juga menyimpulkan bahwa kelompok pemakan daging mempunyai risiko 5 kali lebih tinggi menderita kanker mulut, pharynx, kerongkongan, paru-paru, dan 2 kali menderita kanker lambung, hati dan kolon daripada kelompok yang bukan pemakan daging.
"Peranan serat dalam mencegah kanker kolon terbukti sangat penting," katanya.
Hal ini pertama kali dicatat pada 1971, saat tingginya kasus kanker kolon menimpa negara negara barat yang dikaitkan dengan rendahnya asupan serat bagi tubuh.
Pada 1990, lanjut dia, penelitian di Harvard Medical School menyimpulkan bahwa konsumsi daging dan lemak hewani yang lebih tinggi meningkatkan insiden kanker kolon.
"Komponen pola makan lain yang berkaitan dengan banyaknya konsumsi makanan berserat, seperti folat yang banyak terdapat pada sayuran, juga telah menunjukkan efek perlindungan bagi tubuh. Sayuran hijau seperti brokoli dan kol dapat mengurangi risiko terkena kanker kolon," kata Susianto Tseng.
Baca juga: Kasus kanker tertua di dunia ditemukan di mumi Mesir
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Monalisa
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Monalisa
COPYRIGHT © ANTARA 2018